Kisah

Kupas Tunangan Dalam Islam

Posted on Updated on

Istilah tunangan sebenarnya tidak dikenal dalam istilah syariah. Tapi
kalau mau dicarikan bentuk yang paling mendekatinya, barangkali yang
paling mendekati adalah khitbah, yang artinya meminang. Tetapi tetap
saja ada sedikit perbedaan asasi antara tunangan dengan khitbah. Paling
tidak dari segi aturan pergaulannya.

Sebab masyarakat kita biasanya menganggap bahwa pertunangan yang telah
terjadi antara sepasang calon pengantin sudah setengah dari menikah.
Sehingga seakan ada hukum tidak tertulis bahwa yang sudah bertunangan
itu boleh berduaan, berkhalwat berduaan, naik motor berboncengan, makan,
jalan-jalan, nonton dan bahkan sampai menginap.

Sedangkan khitbah itu sendiri adalah ajuan lamaran dari pihak calon
suami kepada wali calon istri yang intinya mengajak untuk berumah
tangga. Khitbah itu sendiri masih harus dijawab iya atau tidak. Bila
telah dijawab ia, maka jadilah wanita tersebut sebagai ‘makhthubah’,
atau wanita yang telah resmi dilamar. Secara hukum dia tidak
diperkenankan untuk menerima lamaran dari orang lain. Namun hubungan
kedua calon itu sendiri tetap sebagai orang asing yang diharamkan
berduaan, berkhalwat atau hal-hal yang sejenisnya. Dalam Islam tidak
dikenal istilah setengah halal lantaran sudah dikhitbah.

Dan amat besar kesalahan kita ketika menyaksikan pemandangan pasangan
yang sudah bertunagan atau sudah berkhitbah, lalu beranggapan bahwa
mereka sudah halal melakukan hal-hal layaknya suami istri di depan mata,
lantas diam dan membiarkan saja. Apalagi sampai mengatakan, “Ah biar
saja, toh mereka sudah bertunangan, kalo terjadi apa-apa, sudah jelas
siapa yang harus bertanggung-jawab.”

Padahal dalam kaca mata syariah, semua itu tetap terlarang untuk
dilakukan, bahkan meski sudah bertunangan atau sudah melamar, hingga
sampai selesainya akad nikah. Dan hanya masyarakat yang sakit saja yang
tega bersikap permisif seperti itu. Padahal apapun yang dilakukan oleh
sepasang tunangan, bila tanpa ada ditemani oleh mahram, maka hal itu
tidak lain adalah kemungkaran yang nyata. Haram hukumnya hanya
mendiamkan saja, apalagi malah memberi semangat kepada keduanya untuk
melakukan hal-hal yang telah diharamkan Allah.

Jangan sampai nasib kita seperti nasib bani israil yang telah Allah
kutuk lantaran mendiamkan saja kemungkaran besar terjadi di depan mata.
Sungguh malang nasih kita bila hal itu sampai terjadi.

Telah dila’nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan
‘Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan
selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang
tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang
selalu mereka perbuat itu. (QS Al-Maidah: 79)

Wallahu a’lam bish-shawab, Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wa
barakatuh
Ahmad Sarwat, Lc.

GOLONGAN DARAH ANDA A?????? WAJIB DI BACA !!!

Posted on Updated on

FAKTA
Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negati…f atau O-negatif.
Di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih dominan.
SIFAT
Golongan darah A
1. Biasanya orang yang bergolongan darah A ini berkepala dingin, serius, sabar dan kalem atau cool, bahasa kerennya.
2. Orang yang bergolongan darah A ini mempunyai karakter yang tegas, bisa di andalkan dan dipercaya namun keras kepala.
3. Sebelum melakukan sesuatu mereka memikirkannya terlebih dahulu. Dan merencanakan segala sesuatunya secara matang. Mereka mengerjakan segalanya dengan sungguh-sungguh dan secara konsisten.
4. Mereka berusaha membuat diri mereka se wajar dan ideal mungkin.
5. Mereke bisa kelihatan menyendiri dan jauh dari orang-orang.
6. mereka mencoba menekan perasaan mereka dan karena sering melakukannya mereka terlihat tegar. Meskipun sebenarnya mereka mempunya sisi yang lembek seperti gugup dan lain sebagainya.
7. Mereka cenderung keras terhadap orang-orang yang tidak sependapat. Makanya mereka cenderung berada di sekitar orang-orang yang ber’temperamen’ sama.
Sikapmu lembut, tapi dalam mengambil keputusan nampak tegas. Suka mengalah dan ringan tangan. Suka membantu siapa saja yang sedang dilanda kesusahan. Sekalipun orang yang ditolongnya baru pertama kali dijumpainya, alias belum dikenal.Bahkan terkadang sifat sosialnya itu agak diluar batas kewajaran sebagai manusia. Habis udah tau punya uang pas-pasan misalnya, eh malah diberikan ke orang lain. Tapi ya itu, dia hanya akan memberikan pertolongan berdasarkan perasaan hati nurani alias nggak perlu diminta. Justru pada orang yang terang-terangan meminta padanya, dia amat nggak suka.Orang punya golongan darah A termasuk yang enggak mudah emosi. Meskipun perasaannya sebenarnya tersinggung, tapi nggak diperlihatkannya. Kecuali jika dianggapnya sudah keterlaluan banget, emosinya bisa nggak terkendali.Tapi namanya juga manusia, tetap punya kelemahan. Jika sudah merasa cape dalam mengerjakan sesuatu suka ngedumel/cuap2. he..he..he.. Bicaranya ceplas-ceplos, tanpa peduli pada perasaan orang lain. Pada orang yang jelas-jelas nggak disukainya terlalu diperlihatkan. Boro-boro mau ngobrol, dekat-dekat aja nggak mau.Pada umumnya orang yang memiliki golongan darah A sedikit pemalu. Itu sebabnya untuk bisa masuk lingkungan pergaulan butuh waktu beradaptasi cukup lama.
Karakter Orang Bergolongan Darah A
Orang dengan golongan darah A memiliki kekuatan karakter yang mengakar kuat yang akan membantu mereka untuk tetap tenang dalam krisis ketika semua orang panik menghadapi situasi serupa. Mereka cenderung menghindari konfrontasi, dan sesungguhnya kurang nyaman berada di antara orang banyak. Mereka biasanya pemalu dan terkadang suka mengasingkan diri. Mereka mencari keharmonisan dan sangat sopan, tetapi mereka sebenarnya tidak pernah benar-benar cocok dengan orang lain. Mereka sangat bertanggung jawab. Jika ada pekerjaan yang harus diselesaikan, mereka lebih suka mengerjakannya sendiri. Orang-orang dengan golongan darah ini selalu mengukir sukses dan sangat perfeksionis. Mereka juga sangat kreatif, dan paling artistik di antara semua golongan darah yang ada karena kesensitifan mereka.
Cara Berkomunikasi dengan Orang Bergolongan Darah A
* Jangan mengangkat topik yang konfrontatif, misalnya, topik kontroversial karena mereka orang yang tidak suka membuat konfrontasi dengan lawan bicara.
* Gunakan kata-kata yang relatif sopan karena mereka sangat sensitif dan terkadang konservatif sehingga kata-kata yang tidak sesuai dengan standar kesopanan minimal akan dapat menyinggung mereka.
* Jika menjawab usahakan dengan lengkap dan bermakna karena mereka adalah orang yang sangat sempurna dan kurang menyukai hal yang setengah-setengah.
* Mintalah pandangan dan pendapat mereka karena mereka sangat kreatif untuk hal ini dan dengarkan dengan saksama ketika mereka menjelaskan.
* Jangan melebihi mereka saat menyampaikan sesuatu. Artinya, jangan sampai mereka merasa dilampaui dalam hal kepintaran dan pengalaman, misalnya.
* Hargai mereka dengan memuji seperlunya karena pujian yang berlebihan akan membuat mereka ragu dengan ketulusan si pemuji.
Sebagai tambahan, orang golongan darah A cenderung menyukai topik-topik yang bernuansa damai dan kooperatif. Mereka tidak menyukai topik yang berkaitan dengan sepak terjang atau kepribadian orang lain yang tidak ada parameter jelasnya. Mereka sangat sensitif, dalam arti setiap kata yang diterima oleh akal sehat mereka akan menjadi tolok ukur mereka terhadap orang yang diajak berkomunikasi. Untuk itu, lebih berhati-hatilah jika berhadapan dengan orang golongan darah A ini karena mereka sesungguhnya adalah pengamat yang luar biasa.

PENYAKIT
Berikut ini Penyakit yang sering dijumpai pada Orang bergolongan Darah A
– Cepat marah,
– serangan jantung,
– gangguan saluran darah,
– kanker,
– kegemukan.
PENYAKIT
Pemilik darah golongan A disarankan mengkonsumsi bahan makanan yang sedikit mengandung lektin. Para pemilik golongan darah ini memiliki lambung dengan kandungan lektin rendah. Jika asupan lektin berlebihan , maka akan mengganggu kesehatan lambung. Selain itu, mereka menghasilkan lendir yang
lebih banyak jumlahnya. Ini mengakibatkan resiko terjangkit penyakit alergi, seperti asma, infeksi telinga, dan gangguan pernapasan.
Makanan yang dianjurkan ialah kelompok nabati. Sumber hewani bisa diperoleh dari ikan dan ayam kampung, ini pun dengan jumlah dan frekuensi terbatas. Susu yang dianjurkan adalah susu fermentasi (yoghurt), krim tanpa lemak, keju alami, telur dalam jumlah terbatas.
Ciri khas:
-Sistem kekebalan tubuh tidak sekuat tipe O
-Stres bisa diatasi dengan meditasi
-Orang yang bertanggung jawab dan romantis
-Jalur pencernaan cukup sensitif
-Dianjurkan menjadi vegetarian atau mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak
Jenis olahraga:
Fisik yang menenangkan dan fokus seperti yoga dan taichi.
Berikut adalah tips hal-hal berkenaan tentang diet golongan darah A:
Sangat bermanfaat : Ikan makarel, Ikan salem, ikan sarden, keong, bayam, brokoli, wortel, jamur, kacang tanah, kacang buncis, susu kedelai, tahu, tempe, beras, bluberi, nanas, & mangga
Netral : Ikan tuna, telur, ikan hiu, ikan ekor kuning, ikan cucut, ayam kalkun, burung dara, jagung,
tapioka, gandum, labu, bawang merah
Pantang : Sapi, kerbau, kambing, bebek, angsa, kelinci, ayam hutan, lobster, gurita, kepiting, belut,
kodok, udang, cumi-cumi, mentega, susu sapi, keju, es krim, kelapa
Semoga Bermanfaat………

Ternyata Kita Dibohongi Peta Dunia 2D

Posted on Updated on

Pendapat ini disampaikan oleh Lloyd Pye, adalah seorang penulis dan peneliti yang dikenal secara luas karena karyanya “Skull Starchild” dan karena Best Sellernya “Everything You Know is Wrong”. Pye mulai menulis fiksi dengan sebuah novel yang sangat menggebrak tentang sepak bola perguruan tinggi berdasarkan pada karir kuliahnya, diikuti oleh sebuah hi-tech Cold War spy thriller, kemudian ia menjadi penulis skenario di Hollywood sebelum akhirnya ia menemukan kecintaannya yang sesungguhnya dalam menulis nonfiksi alternatif.
Seperti yang agan semua ketahui bahwa peta dunia yang kita tahu adalah seperti ini


atau seperti ini

tahukah agan siapa pembuatnya??


Ia bernama Gerhardus Mercartor (5 Maret 1512 – 2 Desember 1594) adalah seorang pembuat peta, lahir di Rupelmonde di County Hapsburg dari Flanders, bagian dari Kekaisaran Romawi.



Peta itu dipesan oleh orang-orang eropa pada abad ke-16 (1569) yang pada saat itu eropa dikenal sebagai pusat dunia (The Center of Universe). Tentu saja Mercator melayani permintaan majikannya.

Dan sekarang, walaupun lebih dari 4 abad berlalu, hal tersebut tetap diyakini sebagai kebenaran oleh sebagian orang. Tapi apakah benar bahwa peta tersebut dibuat dengan benar? Atau ada tujuan dibalik pembuatan peta tersebut?

Untuk membuat peta 2D dari globe 3D pasti terdapat sebuah distorsi.



Dalam kasus Mercator ini, dia mengabaikan hal tersebut demi keuntungan majikannya (orang2 eropa). Dia menciptakan peta yang bertujuan eropa menjadi pusat pandangan (berada ditengah peta) dan sengaja diperbesar beberapa kali ukuran sebenarnya. Eropa di letakkan ditengah peta yang tentu saja tidak ada yang keberatan pada masa itu.

Dan generasi sesudahnya tetap menggunakannya, dan masih tidak ada yang tahu apa yang bisa menyebabkan eropa yang kecil dan terkucil diujung utara dekat kutub menjadi eropa yang besar dan mengesankan yang terlihat seolah2 terletak di tengah bumi (The Center of The World).

Belahan bumi sebelah utara yang dihuni oleh ras kulit putih yang hanya berukuran 18,9 juta mil persegi terlihat di peta ini jauh lebih besar dari pada belahan bumi sebelah selatan yang dihuni ras kulit hitam/coklat yang berukuran 38,6 mil persegi.


Eropa yang berukuran hanya 3,8 juta mil persegi terlihat jauh lebih besar dibanding Amerika Selatan yang berukuran 6,9 juta mil persegi


Pada kenyataan sebenarnya China 3,7 juta mil persegi adalah 4X lebih besar dibanding Greenland yang hanya 0,8 juta mil persegi. Tapi di peta Mercator, China tampak lebih kecil.


Scandinavia yang hanya 0,4 juta mil persegi disini nampak mengerdilkan India 1,3 juta mil persegi yang sebenarnya 3X lebih besar.


Alaska yang kecil, hanya 0,6 juta mil persegi digambar jauh lebih besar dibanding Mexico yang 0,7 juta mil persegi.


Terakhir, distorsi yang mungkin paling mengerikan ditemukan saat kita membandingkan Uni Soviet “Si Gemuk” yang berukuran 8.6 juta mil persegi dengan Afrika “Si Kurus” yang berukuran 11,6 juta mil persegi.


Kita tumbuh dan belajar selama ini dengan meyakini kebenaran dan keakuratan peta ini. Ini adalah peta yang sama, yang masih digunakan saat ini dalam program aplikasi seperti Google Map. Yang merupakan sesuatu yang diandalkan oleh jutaan orang setiap hari. Kita semua benar-benar diyakinkan, bahwa hal tersebut menunjukkan dengan akurat seperti apa dunia kita terlihat saat ini.

Jadi sekarang adalah saat yang tepat untuk berhenti berpendapat bahwa “Ilmu Pengetahuan Yang Kita Tahu Akan Selalu dan Selamanya Benar”.

Berhubung banyak yang nanya, bagaimana seharusnya gambar peta dunia dlm 2D. Jawabnya memang belum ada yang bisa menggambarkan peta dunia 2D yang sesuai dengan globe 3D.

peta dunia dibawah ini bisa menjadi rujukan sementara.



Peta dunia diatas berjudul “The Atlas of The Real World” yang dibuat menggunakan software untuk menggambarkan peta negara-negara di dunia, bukan oleh ukuran fisik mereka, tetapi oleh kepentingan demografis mereka pada berbagai mata pelajaran.

Ukuran masing-masing wilayah merupakan perbandingan luas dalam proporsi yang tepat antara negara yang satu dengan yang lain, memberikan perspektif yang sangat berbeda dibanding proyeksi Mercator yang paling sering digunakan.
sumber: http://bukanisapanjempol.blogspot.com/2011/07/ternyata-selama-ini-kita-dibohongi.html




h

Inong Aceh dan Kontes "Ratu-ratuan"

Posted on Updated on

MEMBINCANGKAN inong Aceh, seakan tiada pernah berujung. Beberapa waktu lalu, ramai dibincangkan dalam media ini tentang keberadaan mereka di warung-warung kopi atau café-café yang tumbuh menggurita di Aceh, terutama sejak pascatsunami tujuh tahun silam; “Inong Bak Keude Kupi” oleh Azwardi (27 April 2011), yang diberi catatan oleh Jufrizal dengan “Hikayat Inong Keude Kupi” (30 April 2011), dan Susita melengkapi perbincangan tersebut dengan “Cut Nyak dan Keude Kupi” (4 Mei 2011).

Kini, dara Aceh sepertinya akan kembali menjadi objek perbincangan hangat sehubungan dengan keikutsertaan mereka dalam pemilihan puteri Indonesia tahun ini. Seperti diberitakan Serambi Indonesia (9/7), pemilihan puteri Indonesia (PPI) 2011 kembali digelar di seluruh provinsi di Indonesia, termasuk Aceh. Salah seorang panitia, mengatakan, persyaratan peserta PPI 2011 untuk daerah pemilihan Aceh pada umumnya sama dengan provinsi lain, hanya dibedakan dengan adanya perjanjian yang mengikat peserta untuk tetap menggunakan jilbab hingga final.

Belajar dari Daoed Joesoep
Menyikapi berita di atas, pertanyaan besar yang urgen untuk dijawab adalah, haruskah dara Aceh mengikuti kontes tersebut atau kontes-kontes serupa lainnya? Untuk menjawabnya, mari kita belajar dari memoar yang ditulis oleh Dr. Daoed Joesoep, “Aku dan Dia; Memoar Pencari Kebenaran”(A. Husein; 2009). Dari 900 halaman lebih memoarnya tersebut, Daoed memberikan porsi cukup panjang (hal.649-657) untuk menguraikan buruknya praktik-praktik ratu-ratuan bagi perempuan itu sendiri.

Daoed Joesoep, saat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (P&K) periode 1977-1982 menyatakan secara terbuka penolakannya terhadap segala jenis pemilihan miss dan ratu kecantikan. Pada masanya memang sedang marak-maraknya promosi aneka ragam miss; miss Kecamatan, Miss Fiat, Miss Pantai, di samping pemilihan Ratu Ayu Daerah, Ratu Ayu Indonesia yang langsung dikaitkan dengan beragam jenis keratuan internasional. Semuanya menyatakan demi manfaat dan kegunaan (pariwisata) serta keharuman nama dan martabat Indonesia.

Daoed menegaskan, pemilihan ratu-ratuan seperti yang dilakukan sampai sekarang pada hakikatnya adalah sebuah penipuan, di samping pelecehan terhadap hakikat keperempuanan dari makhluk (manusia) perempuan. Tujuan kegiatan ini tak lain adalah untuk meraup keuntungan berbisnis, bisnis tertentu seperti perusahaan kosmetika, pakaian renang, rumah mode, atau salon kecantikan yang mengeksploitasi kecantikan sekaligus merupakan kelemahan perempuan, insting primitif dan nafsu elementer laki-laki dan kebutuhan akan uang untuk hidup mewah.

Wanita yang terjebak ke dalam kontes ratu-ratuan, tidak menyadari dirinya telah terlena, terbius, tidak menyadari bahaya yang mengancam dirinya. Itu ibarat perokok atau pemadat yang melupakan begitu saja nikotin atau candu yang jelas merusak kesehatannya. Lebih jauh, Daoed menyampaikan kritik pedasnya: “Pendek kata, kalau di zaman dahulu para penguasa (raja) saling mengirim hadiah berupa perempuan, zaman sekarang pebisnis yang berkedok lembaga kecantikan, dengan dukungan pemerintah dan restu publik, mengirim perempuan pilihan untuk turut “meramaikan” pesta kecantikan perempuan di forum internasional.” Bahkan, Daoed menyamakan peserta kontes kecantikan itu sama dengan sapi perah: “setelah dibersihkan lalu diukur badan termasuk buah dada (badan) nya dan kemudian diperas susunya untuk dijual, tanpa menyadari bahwa dia sebenarnya sudah dimanfaatkan, dijadikan sapi perah. Untuk kepentingan dan keuntungan siapa?”

Daoed menolak argumentasi bahwa kontes kecantikan juga menonjolkan sisi-sisi intelektual perempuan karena banyak pesertanya yang mahasiswi. “Apa kata inteleknya tidak perlu dipersoalkan, karena sekarang ini keintelektualan bisa disewa per hari, per minggu, per bulan, per tahun, bahkan permanen, dengan honor yang lumayan.

Artinya, even seorang intelek bisa saja melacurkan kemurnian inteleknya karena nurani sudah diredam oleh uang,” tegasnya. Terhadap orang yang menyatakan bahwa yang dinilai dalam kontes kecantikan bukan hanya kecantikannya, tetapi juga otaknya, sikapnya, dan keberaniannya, Daoed menyatakan, bahwa semua itu hanya embel-embel guna menutupi kriterium kecantikan yang tetap diunggulkan. “Percayalah, tidak akan ada gadis sumbing yang akan terpilih menjadi ratu betapa pun tinggi IQ-nya, terpuji sikapnya atau keberaniannya yang mengagumkan,” tulisnya.

Terhadap alasan kegunaan kontes ratu kecantikan untuk promosi wisata dan penarikan devisa, Daoed menyebutnya sebagai wishful thinking belaka, untuk menarik simpati masyarakat dan dukungan pemerintah. Kalau keamanan terjamin, jaringan transpor bisa diandalkan, sistem komunikasi lancar, bisa on time, pelayanan hotel prima, maka keindahan alam Indonesia saja cukup bisa menarik wisatawan.

Secara terbuka Daoed mengimbau: “Kalaupun gadis-gadis kita yang cantik jelita lagi terpelajar, cerdas dan terampil serta berbudi pekerti terpuji dan berani, masih berhasrat menyalurkan energinya yang menggebu-gebu ke kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, siapkanlah diri mereka agar menjadi Ibu yang ideal, memenuhi perempuan yang sebenarnya dalam keluarga, perannya yang paling alami. Jadi bukan peran sembarangan, karena mendidik makhluk ciptaan Tuhan yang dipercayakan oleh Tuhan kepadanya. Jangan anggap bahwa mengasuh, membesarkan dan mendidik anak secara benar bukan suatu pekerjaan yang terhormat. Pekerjaan ini memang tidak menghasilkan uang, pasti tidak membuahkan popularitas, tentu tidak akan ditampilkan oleh media massa dengan penuh kemegahan, tetapi ia pasti mengandung suatu misi yang suci.”

Dari nukilan-nukilan di atas, masihkan ada dara Aceh yang tetap ngotot mengikuti ajang tersebut? Sebagai penutup, kita meminta umara dan ulama negeri bersyariat ini harus turun tangan menyelamatkan marwah dara dan inong Aceh dari jebakan kontes puteri-puterian. Jika tidak, jangan salahkan jika pada suatu masa kelak, anak cucu kita akan berkata, “Oh, ternyata Pak Daoed yang sekuler itu lebih `islami’ dan pro rakyat daripada indatu kita”.

* Penulis adalah mantan pengurus pusat Ikatan Mahasiswa dan Pemuda Aceh (IMAPA) Jakarta.

h

Wabah Wahan, Penyakit Mematikan di Akhir Zaman

Posted on Updated on

Al Wahan adalah salah satu penyakit yang menjangkiti manusia akhir zaman. Bahaya wahan jauh lebih dahsyat dari pada AIDS, TBC, Flu Burung, atau Flu Babi. Karena penyakit ini akan mematikan hati dan ruh sehingga menyebabkan penderitaan yang panjang di dunia dan terlebih di akhirat.

Istilah wahan diungkapkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tatkala menjelaskan kondisi umat manusia di masa akan datang. Penyakit wahan ini menjadi penyebab utama segala keburukan dan keterpurukan umat Islam sehingga karenanya mereka menjadi bulan-bulanan musuh-musuh islam. Bahkan lebih tragis lagi, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengibaratkan mereka laksana makanan yang menjadi rebutan orang-orang rakus yang kelaparan.

Dari Tsauban radliyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Akan datang suatu masa, di mana bangsa-bangsa akan mengeroyok kalian seperti orang-orang rakus memperebutkan makanan di atas meja.

Ada seorang yang bertanya, ‘Apakah karena pada saat itu jumlah kami sedikit?’

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: ‘Tidak, bahkan kamu pada saat itu mayoritas, akan tetapi kamu seperti buih di atas permukaan air laut. Sesungguhnya Allah telah mencabut rasa takut dari musuh-musuh kalian, dan telah mencampakkan penyakit al wahan pada hati kalian’.

Seorang sahabat bertanya: ‘Ya Rasulallah, apa penyakit al wahan itu?.’

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: ‘Al Wahan adalah penyakit cinta dunia dan takut mati’ “. (HR. Abu Dawud, Ahmad, dan lainnya)

‘Al Wahan adalah penyakit cinta dunia dan takut mati’

Sebab-sebab Wahan

Penyakit wahan timbul karena merasuknya cinta kepada dunia ke dalam hati manusia, seperti cinta berlebih kepada harta, benda, tahta, wanita, dan lainnya. Dari kecintaan dunia yang sangat berlebih nantinya akan melahirkan mental pengecut yang takut mati.

Cinta dunia dan takut mati saling berkait, laksana satu paket. Keduanya menjadi penyebab kehinaan dalam dien di hadapan musuh. Semoga Allah melindungi kita darinya.

Akibat dari penyakit wahan akan menumbuhkan keengganan berjuang dan berjihad untuk mempertahankan iman dan memperjuangkan agama. Padahal meninggalkan jihad merupakan sebab keterpurukan umat ini. Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Jika kalian berdagang dengan sistem ‘inah (salah satu bentuk riba), kalian ridha dengan peternakan, kalian ridha dengan pertanian dan kalian meninggalkan jihad maka Allah timpakan kepada kalian kehinaan yang tidak akan dicabut sampai kalian kembali kepada agama kalian.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan yang lainnya, dishahihkan oleh Al-Albani dalam al Silsilah, No. 11)

Lajnah Daimah dalam memberikan penjelasan dari hadits ini menyimpulkan bahwa dalam hadits terdapat celaan dan ancaman bagi orang yang sibuk dengan pertanian dan peternakannya di saat musim jihad. Dari situ dapat disimpulkan bahwa di antara dimaksud dengan Dien (yang menjadi solusi dengan kembali padanya) dalam hadits ini adalah Jihad. Karena shalat, zakat, puasa, haji dan dzikir tidak akan mampu mengangkat umat ini dari kehinaan. Semua ibadah ini memang merupakan bagian dari Ad-Dien dan mempunyai peran penting, dalam melenyapkan kehinaan ini.

Cinta dunia dan takut mati saling berkait, laksana satu paket. Keduanya menjadi penyebab kehinaan dalam dien di hadapan musuh.

Manusia pada dasamya ingin kaya, pangkat tinggi, memiliki pangaruh yang besar, terkenal di mana-mana, dan mempunyai istri yang cantik. Manakala seseorang telah mencapai keinginannya sementara aturan-aturan Allah tidak dipergunakan dalam mengatur dan mengendalikan kekayaan dunianya, maka inilah yang disebut materialistis, alias cinta dunia.

Faham materilisme ini sama sekali tidak dibolehkan dalam ajaran Islam, bahkan adalah merupakan musuh Islam yang tergolong utama. Faham ini merupakan warisan dari Iblis la’natullahi’alaihi, yang memang kehadiran dan keberadaanya di dalam diri hanya untuk menggoda agar manusia rusak, sehingga (pada akhirnya kelak) menjadi penghuni neraka bersama Iblis.

Kepada Iblis Allah Subhanahu wa Ta’ala bertanya: “Apakah yang menghalangimu sujud kepada Adam?” Iblis menjawab: “Aku lebih baik daripada Adam. Engkau ciptakan aku dari api dan Engkau menciptakannya dari tanah ?” (QS.Al-A’raaf: 12).

Setidaknya ada empat hal yang menyebabkan timbulnya penyakit wahan di masyarakat muslim, yakni:

1. Kaum muslimin banyak yang belum memahami karakteristik ajaran Islam itu sendiri. Akibatnya, dengan mudah mereka menerima faham-faham yang tidak sesuai ajaran Islam. Mereka hanya menerima hal-hal yang sesuai dengan tuntutan hawa nafsunya. Sedangkan hal-hal yang jelas berdasarkan prinsip-prinsip ajaran Islam dilihat dan disikapinya sebagai suatu beban dan menyusahkan kehidupan. Mereka merasa ragu dan telah phobi terhadap Islam.

2. Pengaruh racun berpikir yang disuntikan sejak lama oleh musuh-musuh Islam terhadap kaum muslimin. Proses pencekokan tersebut berlangsung dengan demikian halus dan terorganisir, sehingga umat Islam menjadi lemah dan terpecah-pecah. Hal itu sesungguhnya amat kita lihat dan rasakan.

3. Kekuasaan militer, politik dan pemerintahan yang tidak berada di tangan kaurn muslim sehingga urusan umat Islam diserahkan kepada orang-orang kafir lagi fujur, fasik dan munafik. Mereka mengangkangi kaum muslimin dalam berbagai bidang.

4. Untuk mewujudkan cita-citanya musuh-musuh Islam (Yahudi dan Nasrani) merancang taktik strategi untuk menghadapi umat Islam. Mereka memanfaatkan kekayaan, ilmu pangetahuan, dan teknologi yang mereka miliki untuk menghadapi dan memperdaya umat Islam. Sehingga situasi dan kondisi dunia lslam benar-benar dalam keadaan lemah, terbelakang, terpecah-pecah, dan malah sesama umat Islam itu sendiri saling beradu dan bermusuhan.

Membasmi Penyakit Wahan

Penyakit wahan ini bisa diatasi dengan jalan bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kembali kepada tuntunan ajaran Islam. Mereka yang merasa bahwa penyakit ini telah menghinggapi dirinya hendaklah melakukan langkah-langkah berikut :

1. Meningkatkan keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hari akhir, sampai pada derajat yakin. Dengan keyakinan ini penyakit cinta dunia atau takut mati akan hilang.

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al Hadid:20)

2. Selalu mengkaji dan memahami ajaran Islam, terutama bidang akidah, yang merupakan inti ajaran Islam.

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang Hak) melainkan Allah.” (QS.Mubammad: 19)

3. Menghayati perspektif Islam terhadap konsep kebahagiaan dunia dan akhirat. Sesungguhnya Islam tidak mengharamkan dunia dan perhiasannya, akan tetapi menjadikannya sebagai alat untuk mencapai kehidupan dan kebahagjaan akhirat.

4. Meningkatkan dan memantapkan ibadah dan pendekatan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan demikian maka sifat qana’ahnya muncul dan menjadi citra diri dan kehidupannya. Rasa syukurnya semakin meningkat, dan tawadhu (rendah hati) akan menjadi benteng dan sekaligus penghias dirinya.

“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS An-Nahl:96).

5. Berjihad di jalan Allah dengan segenap kemampuannya yang ada. Karena orang yang berjihad telah menjual diri dan hartanya kepada Allah dengan surga. Dan ini adalah sebesar-besar ketundukan kepada-Nya dan sebesar-besar pengorbanan untuk-Nya. Maka tepat sekali jika Allah menjamin hidayah bagi orang yang benar dalam jihadnya.

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Furqaan :52)

Oleh: Purnomo

Lumrahkah Ulama Berbeda Pendapat ?

Posted on Updated on

Mengapa ulama sering kali berbeda pendapat padahal kadangkala rujukan mereka ada pada dalil yang sama, bahkan ayat Al Qur’an yang sama. Seringkali kita kecewa bukankah islam itu satu, Allah itu ahad, Al Qur’an dan Hadits adalah sumber hukum lalu mengapa terjadi perbedaan pendapat dalam menghukumi suatu masalah. Belum lagi kita harus mencurigai ulama yang berbeda pendapat dengan kita. Padahal mereka sama sama berkata perbedaan tak adalagi bila kita mau kembali pada Al Qur’an dan Hadits…
Dalam merespon sikap-sikap seperti itu, dibawah akan sedikit diurai mengenai sebab-sebab perbedaan pendapat para ulama. Kita akan terkejut mendapati bahwa ternyata perbedaan pendapat itu justru karena berpegang pada Al-Qur’an dan Hadis; kita akan takjub mendapati bahwa perbedaan itu justru terbuka karena Al-Qur’an sendiri “menyengaja” timbulnya perbedaan itu. Kita akan temui bahwa ternyata perbedaan pendapat, dalam titik tertentu, adalah suatu hal yang mustahil dihapus.
Di antara sekian banyak “asbab al-ikhtilaf” para ulama, saya kutipkan sebagiannya:1. Perbedaan dalam memahami al-Qur’an.
Al-Qur’an adalah pegangan pertama semua Imam Mazhab dan ulama. Hanya saja mereka seringkali berbeda dalam memahaminya, disebabkan:
a. Ada sebagian lafaz al-Qur’an yang mengandung lebih dari satu arti (musytarak). Contoh lafaz “quru” dalam QS 2: 228. Sebagian mengartikan dengan “suci”; dan sebagian lagi mengartikan dengan “haid”. Akibat perbedaan lafaz “quru” ini, sebagian sahabat (Ibnu Mas’ud dan Umar) memandang bahwa manakala perempuan itu sudah mandi dari haidnya yg ketiga, maka baru selesai iddahnya. Zaid bin Tsabit, sahabat nabi yg lain, memandang bahwa dengan datangnya masa haid yang ketiga perempuan itu selesai haidnya (meskipun belum mandi). Lihatlah, bahkan para sahabat Nabi pun berbeda pendapat dalam hal ini. Ada ulama yang berpendapat bahwa tampaknya Allah sengaja memilih kata “quru'” sehingga kita bisa menggunakan akal kita untuk memahaminya. Soalnya, kalau Allah mau menghilangkan perbedaan pendapat tentu saja Allah dapat memilih kata yang pasti saja, apakah suci atau haid. Ternyata Allah memilih kata “quru” yang mngandung dua arti secara bahasa Arab.
b. Susunan ayat Al-Qur’an membuka peluang terjadinya perbedaan pendapat Huruf “fa”, “waw”, “aw”, “illa”, “hatta” dan lainnya mengandung banyak fungsi tergantung konteksnya. Sebagai contoh, huruf “FA” dalam QS 2:226-227 mengandung dua fungsi. Sebagian memandang huruf “FA” itu berfungsi “li tartib dzikri” (susunan dalam tutur kata). Sebagian lagi berpendapat bahwa huruf “FA” dalam ayat di atas berfungsi “li tartib haqiqi” (susunan menurut kenyataan). Walhasil kelompok pertama berpendapat bahwa suami setelah ‘ila (melakukan sumpah untuk tidak campur dengan isteri), harus campur dengan isteri sebelum empat bulan, kalau sudah lewat empat bulan maka jatuh talak. Kelompok kedua berpendapat bahwa tuntutan supaya campur dengan isteri (untuk menghindari jatuhnya talaq) itu setelah lewat empat bulan.
c. Perbedaan memandang lafaz ‘am – khas, mujmal-mubayyan, mutlak-muqayyad, dan nasikh-mansukh. Lafaz al-Qur’an adakalanya mengandung makna umum (‘am) sehingga membutuhkan ayat atau hadis untuk mengkhususkan maknanya. Kadang kala tak ditemui qarinah (atau petunjuk) untuk mengkhususkannya, bahkan ditemui (misalnya setelah melacak asbabun nuzulnya) bahwa lafaz itu memang am tapi ternyata yang dimaksud adalah khusus (lafzh ‘am yuradu bihi al-khushush). Boleh jadi sebaliknya, lafaznya umum tapi yang dimaksud adalah khusus (lafzh khas yuradu bihi al-‘umum). Contoh yang pertama, Qs at-Taubah ayat 103 terdapat kata “amwal” (harta) akan tetapi tidak semua harta terkena kewajiban zakat (makna umum harta telah dikhususkan kedalam beberapa jenis harta saja). Contoh yang kedua, dalam QS al-Isra: 23 disebutkan larangan untuk mengucapkan “ah” pada kedua orangtua. Kekhususan untuk mengucapkan “ah” itu diumumkan bahwa perbuatan lain yang juga menyakiti orang tua termasuk ke dalam larangan ini (misalnya memukul, dan sebagainya).
Nah, persoalannya, dalam kasus lain para ulama berbeda memandang satu ayat sbb:
1. lafaz umum dan memang maksudnya untuk umum, atau 2. lafaz umum tetapi maksudnya untuk khusus; dan 3. lafaz khusus dan memang maksudnya khusus; atau 4. lafaz khusus tetapi maksudnya umum.
Begitu juga perbedaan soal mujmal-mubayyan, mutlak-muqayyad, nasikh-mansukh, para ulama memiliki kaidah yang mereka ambil dalam rangka untuk memahaminya (saya khawatir pembahasan ini malah menjadi sangat tekhnis, karena itu untuk jelasnya silahkan merujuk ke buku-buku ushul al-fiqh).
d. Perbedaan dalam memahami lafaz perintah dan larangan. Ketika ada suatu lafaz berbentuk “amr” (perintah) para ulama mengambil tiga kemungkinan:
1. al-aslu fil amri lil wujub (dasar “perintah” itu adalah wajib untuk dilakukan) 2. al-aslu fil amri li an-nadab (dasar “perintah” itu adalah sunnah untuk dilakukan) 3. al-aslu fil amri lil ibahah (dasar “perintah” itu adalah mubah untuk dilakukan) Contohnya lafaz “kulluu wasyrabuu” (makan dan minumlah) menggunakan bentuk perintah, tetapi yang dimaksud adalah mubah. Lafaz “fankihuu maa thaba lakum minn nisa'” (nikahilah wanita-wanita yg kamu sukai) juga menggunakan bentuk perintah. Nah, para ulama ada yg memandang bahwa itu adalah wajib (mazhab Zhahiri), dan ada yg memandang sunnah (jumhur ulama).
**2. Berbeda dalam memahami dan memandang kedudukan suatu hadis.a. Kedudukan hadis
Para ulama sepakat bahwa hadis mutawatir itu merupakan hadis yang paling tinggi kedudukannya. Hadis mutawatir adalah hadis shahih yang diriwayatkan oleh orang banyak yang tidak mungkin berbohong. Masalahnya, para ulama berbeda dalam memahami “orang banyak” itu. Sebagian berpendapat jumlah “orang banyak” itu adalah dua orang, sebagian lagi mengatakan cukup empat orang, yang lain mengatakan lima orang. Pendapat lain mengatakan sepuluh orang. Ada pula yang mengatakan tujuh puluh orang (Periksa M. Taqiy al-Hakim, “Usul al-‘Ammah li al-Fiqh al-Muqarin, h. 195).
Artinya, walaupun mereka sepakat akan kuatnya kedudukan hadis mutawatir namun mereka berbeda dalam menentukan syarat suatu hadis itu dikatakan mutawatir. Boleh jadi, ada satu hadis yang dipandang mutawatir oleh satu ulama, namun dipandang tidak mutawtir oleh ulama yang lain.
Begitu pula halnya dalam memandang kedudukan hadis shahih. Salah satu syarat suatu hadis itu dinyatakan shahih adalah bila ia diriwayatkan oleh perawi yang adil. Hanya saja, lagi-lagi ulama berbeda dalam mendefenisikan adil itu.
Nur al-Din ‘Itr menyaratkan tujuh hal, Al-Hakim menyaratkan tiga hal. Yang menarik, al-Hakim memasukkan unsur : tidak berbuat bid’ah sebagai syarat adilnya perawi, namun Ibn al-shalah, Nur al-Din ‘Itr, Al-Syawkani tidak mencantumkan syarat ini. Hampir semua ulama, kecuali al-Hakim, memasukkan unsur “memelihara muru’ah (kehormatan diri)” sebagai unsur keadilan seorang perawi.
Artinya, walaupun para ulama sepakat bahwa salah satu syarat suatu hadis dinyatakan shahih adalah bila hadis itu diriwayatkan oleh perawi yang adil, namun mereka berbeda dalam meletakkan syarat-syarat adil itu. Boleh jadi, satu hadis dinyatakan shahih karena perawinya dianggap adil oleh satu ulama (sesuai dg syarat adil yang dia susun), tetapi tidak dipandang adil oleh ulama yang lain (karena tidak memenuhi syarat adil yg dia yakini).
Persoalan lain adalah, bagaimana melakukan tarjih (memilih mana hadis yang paling kuat) diantara dua hadis yang saling bertentangan. Boleh jadi, sebagian ulama mengatakan hadis yang satu telah menghapus (nasikh) hadis yang satu lagi. Namun, sebagian ulama berpendapat bahwa boleh jadi hadis yang satu bersifat umum, sedangkan hadis yang lain bersifat mengecualikan keumuman itu.
Bagaimana bila teks hadis terlihat seakan-akan bertentangan dengan teks Qur’an. Sebagian ulama langsung berpegang pada teks Qur’an dan meninggalkan teks hadis (ini yang dilakukan mazhab Zhahiri ketika tidak mengharamkan pria memakai cincin dari emas), akan tetapi sebagian lagi mengatakan bahwa hadis merupakan penjelas maksud ayat, sehingga tidak perlu meninggalkan salah satunya, tetapi menggabungkan maknanya (ini yang dilakukan jumhur ulama ketika mengharamkan pria memakai cincin dari emas).b. makna suatu hadis
Hadis Nabi mengatakan, “La nikaha illa biwaliyyin” (tidak nikah melainkan dengan wali). Namun mazhab Hanafi memandang bahwa huruf “la” dalam hadis diatas itu bukan berarti tidak sah nikahnya namun tidak sempurna nikahnya. Mereka berpandangan bahwa sesuatu perkara yang ditiadakan oleh syara’ dengan perantaraan “la nafiyah”, haruslah dipandang bahwa yang ditiadakannya itu adalah sempurnanya; bukan sahnya. Sedangkan mazhab Syafi’i berpendapat adanya huruf “la nafiyah” itu menunjukkan tidak sahnya nikah tanpa wali.
Contoh lain, apakah persusuan diwaktu dewasa juga menyebabkan status mahram? Sebagian ulama mengatakan iya, karena berpegang pada hadis Salim yang dibolehkan Rasul menyusu ke wanita yang sudah dewasa (padahal si Salim ini sudah berjenggot!) sehingga terjadilah status mahram antara keduanya. Namun, sebagian ulama memandang bahwa hadis ini hanya khusus berlaku untuk Salim saja (sebagai rukhshah) bukan pada setiap orang dewasa. Apalagi ternyata ditemukan hadis lain dari Aisyah yang menyatakan bahwa persusuan yg menyebabkan kemahraman itu adalah disaat usia kecil (karena bersifat mengenyangkan). Hanya saja, sebagian ulama memandang cacat hadis Aisyah ini karena ternyata Aisyah sendiri tidak mengamalkan hadis yang dia riwayatkan sendiri. Aisyah justru berpegang pada hadis Salim.
Hal terakhir ini menimbulkan masalah lagi: jika suatu perawi meriwayatkan suatu hadis, namun ia sendiri tidak mengamalkan apa yang diriwayatkannya, apakah hadis itu menjadi tidak shahih ataukah hanya perawinya sendiri yang harus disalahkan. Sebagian ulama memandang bahwa hadis itu langsung cacat, sedangkan sebagian lagi memandang bahwa hadisnya tetap shahih hanya perawinya saja yang bersalah karena tidak mengamalkan hadis yang dia riwayatkan sendiri.**
3. Perbedaan dalam metode ijtihadA. Sejarah singkat
Sejak masa sahabat sudah ada dua “mazhab” di kalangan mereka. Pertama, mereka yang lebih menekankan pada teks nash secara ketat. Diantara mereka adalah Ali bin Abi Thalib dan Bilal. Kedua, mereka yang menaruh unsur rasio dan pemahaman secara luas dalam memahami suatu nash. Kelompok kedua ini diantaranya adalah Umar bin Khattab dan Ibnu Mas’ud.
Dalam perkembangan selanjutnya, kedua kelompok ini menyebar dan memiliki pengaruh masing-masing. Kelompok pertama berkumpul di sekitar daerah Hijaz, sedangkan kelompok kedua berkumpul di daerah Kufah. Sejarah kemudian menceritakan kepada kita bahwa Imam Malik bin Anas tinggal di Madinah (termasuk daerah Hijaz) dan Imam Abu Hanifah tinggal di Kufah.
Imam Malik berada di lingkungan di mana masih banyak terdapat sahabat Nabi. Sedangkan Imam Abu Hanifah, sebaliknya, tinggal di lokasi di mana sedikit sekali bisa dijumpai sahabat Nabi. Fakta geografis ini menimbulkan perbedaan bagi kedua Imam dalam merespon suatu kasus.
Imam Malik bukan saja lebih banyak menggunakan hadis Nabi (yang dia terima melalui sahabat Nabi di Madinah) dibanding rasio, tetapi juga menaruh amal penduduk Madinah sebagai salah satu sumber hukumnya. Imam Abu Hanifah sangat membuka peluang penggunaan rasio dan sangat selektif (artinya, dia membuat syarat yg amat ketat) dalam menerima riwayat hadis (lebih-lebih sudah mulai berkembang hadis palsu di daerahnya). Sebagai jalan keluar dari sedikitnya hadis yang ia terima, maka Imam Abu Hanifah menggunakan Qiyas dan istihsan secara luas.
Imam Malik memiliki murid bernama Imam Syafi’i. Yang disebut belakangan ini juga nanti memiliki murid bernama Imam Ahmad bin Hanbal. Ketiganya dapatlah disebut sebagai pemuka “ahlul hadis” di Hijaz. Sedangkan Imam Abu Hanifah memiliki murid bernama Abu Yusuf dan Muhammad (nanti Imam Syafi’i berguru juga pada muridnya Muhammad, namun Imam Syafi’i lebih cenderung pada kelompok Hijaz). Kelompok Kufah kemudian dikenal dengan sebutan “ahlur ra’yi”.
Harus saya tambahkan bahwa mazhab dalam fiqh tidak hanya terbatas pada empat Imam besar itu saja. Tetapi banyak sekali mazhab-mazhab itu (konon sampai berjumlah 500). Hanya saja sejarah membuktikan bahwa hanya empat mazhab itu yang bisa bertahan dan memiliki pengaruh cukup luas di dunia Islam, ditambah sedikit pengikut mazhab Zhahiri dan mazhab Ja’fari.B. Metode Ijtihad
B.1. Imam Abu Hanifah
1. Berpegang pada dalalatul Qur’an 1. Menolak mafhum mukhalafah 2. Lafz umum itu statusnya Qat’i selama belum ditakshiskan 3. Qiraat Syazzah (bacaan Qur’an yang tidak mutawatir) dapat dijadikan dalil 2. Berpegang pada hadis Nabi 1. Hanya menerima hadis mutawatir dan masyhur (menolak hadis ahad kecuali diriwayatkan oleh ahli fiqh)) 2. Tidak hanya berpegang pada sanad hadis, tetapi juga melihat matan-nya 3. Berpegang pada qaulus shahabi (ucapan atau fatwa sahabat) 4. Berpegang pada Qiyas 1. mendahulukan Qiyas dari hadis ahad 5. Berpegang pada istihsan
B.2. Imam Malik bin Anas
1. Nash (Kitabullah dan Sunnah yang mutawatir) 1. zhahir Nash 2. menerima mafhum mukhalafah 2. Berpegang pada amal perbuatan penduduk Madinah 3. Berpegang pada Hadis ahad (jadi, beliau mendahulukan amal penduduk Madinah daripada hadis ahad) 4. Qaulus shahabi 5. Qiyas 6. Istihsan 7. Mashalih al-Mursalah
B.3 Imam Syafi’i
1. Qur’an dan Sunnah (artinya, beliau menaruh kedudukan Qur’an dan Sunnah secara sejajar, karena baginya Sunnah itu merupakan wahyu ghairu matluw). Inilah salah satu alasan yang membuat Syafi’i digelari “Nashirus Sunnah”. Konsekuensinya, menurut Syafi’i, hukum dalam teks hadis boleh jadi menasakh hukum dalam teks Al-Qur’an dalam kasus tertentu) 2. Ijma’ 3. hadis ahad (jadi, Imam Syafi’i lebih mendahulukan ijma’ daripada hadis ahad) 4. Qiyas (berbeda dg Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i mendahulukan hadis ahad daripada Qiyas) 5. Beliau tidak menggunakan fatwa sahabat, istihsan dan amal penduduk Madinah sebagai dasar ijtihadnya
B.4. Imam Ahmad bin Hanbal
1. An-Nushush (yaitu Qur’an dan hadis. Artinya, beliau mengikuti Imam Syafi’i yang tidak menaruh Hadis dibawah al-Qur’an) 1. menolak ijma’ yang berlawanan dengan hadis Ahad (kebalikan dari Imam Syafi’i) 2. menolak Qiyas yang berlawanan dengan hadis ahad (kebalikan dari Imam Abu Hanifah) 2. Berpegang pada Qaulus shahabi (fatwa sahabat) 3. Ijma’ 4. Qiyas
Kalau kita susun empat Imam mazhab itu menurut banyaknya menggunakan rasio maka urutannya adalah:
1. Imam Abu Hanifah 2. Imam Syafi’i 3. Imam Malik 4. Imam Ahmad bin Hanbal
Kalau disusun menurut banyaknya menggunakan riwayat:
1. Imam Ahmad bin Hanbal 2. Imam Malik bin Anas 3. Imam Syafi’i 4. Imam Abu Hanifah
Demikianlah sebab-sebab para ulama berbeda pendapat. Kalau saya boleh menyimpulkan maka ada dua sebab utama:
1. Sebab internal, yaitu berbeda dalam memahami al-Qur’an dan Hadis serta berbeda dalam menyusun metode ijtihad mereka 2. Sebab eksternal, yaitu perbedaan sosio-kultural dan geografis
Persoalannya sekarang, bagaimana kita mensikapi perbedaan pendapat di antara ulama? Kalau kita sudah tahu bahwa keragaman pendapat ulama itu juga merujuk pada al-Qur’an dan Hadis, maka silahkan anda pilih pendapat yang manapun. Yang lebih penting lagi, janganlah cepat berburuk sangka dengan keragaman pendapat di kalangan ulama.
Jangan sembarangan menuduh mereka sebagai ulama pesanan ataupun ulama yang ditekan pemerintah. Juga jangan cepat-cepat menilai salah fatwa ulama hanya karena fatwa tersebut berbeda dengan selera ataupun pendapat kita.
Mengapa kita harus mengukur dalamnya sungai dengan sejengkal kayu? Sayang, kita suka sekali mengukur kedalaman ilmu seorang ulama hanya dengan sejengkal ilmu yg kita punya.
Di sisi lain, ulama pun tetap manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan dan kekhilafan. Rasulullah sendiri mengakui bahwa akan ada orang yang salah dalam berijtihad, namun Rasulullah mengatakan tetap saja Allah akan memberi satu pahala bagi yang salah dalam berijtihad, dan dua pahala bagi yang benar dalam ijtihad.
Masalahnya, Apakah kita punya hak untuk menilai salah-benarnya ijtihad ulama itu? Bukankah hanya Allah Hakim yang paling adil?
Al-Haq min Allah!
OLEH : NADIRSYAH HOSEN 

Pengertian Cinta Menurut Qur’an

Posted on Updated on

Menurut hadis Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu mengingat dan menyebut orang yang dicintainya (man ahabba syai’an katsura dzikruhu), kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya (man ahabba syai’an fa huwa `abduhu). Kata Nabi juga, ciri dari cinta sejati ada tiga : (1) lebih suka berbicara dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, (2) lebih suka berkumpul dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, dan (3) lebih suka mengikuti kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang lain/diri sendiri. Bagi orang yang telah jatuh cinta kepada Alloh SWT, maka ia lebih suka berbicara dengan Alloh Swt, dengan membaca firman Nya, lebih suka bercengkerama dengan Alloh SWT dalam I`tikaf, dan lebih suka mengikuti perintah Alloh SWT daripada perintah yang lain.
Dalam Qur’an cinta memiliki 8 pengertian berikut ini penjelasannya:
1. Cinta mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan”nggemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu
berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.
2. Cinta rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar  orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri,
yang berasal dari garba kasih sayang  ibu, disebut rahim (dari kata
rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana
psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim. 
Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah
dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim, atau silaturrahmi artinya
menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta
mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia
akhirat.
3. Cinta mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara,
sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung
kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur’an disebut
dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada
yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang
lama. 
4. Cinta syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil
dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad
syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir
tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur’an menggunakan term syaghaf
ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir
kepada bujangnya, Yusuf.
5. Cinta ra’fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan
norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak
tega membangunkannya untuk salat, membelanya meskipun salah. Al Qur’an
menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah
menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus
hukuman bagi pezina (Q/24:2).
6. Cinta shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku
penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur’an menyebut term ni ketika
mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan
Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja),
sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan
bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al
jahilin (Q/12:33)
7. Cinta syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur’an tetapi dari
hadis yang menafsirkan al Qur’an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5
dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan
tiba.  Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma’tsur
dari hadis riwayat Ahmad; wa as’aluka ladzzata an nadzori  ila wajhika
wa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya
memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu.
Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa
Nuzhat al Musytaqin,  Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada
sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub),  dan kobaran cinta yang
apinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa il
tihab naruha fi qalb al muhibbi
8. Cinta kulfah. yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik
kepada hal-hal yang positip meski sulit, seperti orang tua yang
menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada
pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur’an ketika  menyatakan bahwa
Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la
yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286)

Jin Pendamping Manusia (Qarin)

Posted on Updated on

Banyak kejadian yang dikisahkan oleh manusia tentang hantu atau roh orang yang sudah meninggal. Kita bisa melihat di acara-acara televisi dewasa ini yang mengemasnya dengan sajian yang menarik. Seseorang bercerita bahwa suatu ketika ditemui oleh si Fulan. Ternyata diketahui bahwa si Fulan tersebut baru saja meninggal dunia. Kisah-kisah sejenis ini sangatlah banyak ragam kejadiaannya.

Maka, kebanyakan manusia mengira bahwa roh orang yang sudah meninggal itu bergentayangan. Bahkan, peristiwa-peristiwa yang bersangkutan dengan kejadian orang yang baru meninggal tersebut sampai membuat segolongan aliran berkeyakinan bahwa orang yang sudah meninggal itu akan menitis kembali. Mereka menyebutkan bukti-bukti kejadian yang berkaitan dengan peristiwa kematian, dan juga hasil dari cerita-cerita seperti tersebut di atas.

Anggapan atau persepsi yang merupakan keyakian bagi kebanyakan orang-orang itu tidak lepas dari pengetahuan dan informasi yang diterimanya. Mereka berkeyakinan demikian karena apa yang mereka temui dan apa yang mereka dapatkan, semuanya, mengarah kepada kesimpulan tersebut. Bahkan, sebagian orang juga ada yang mempercayai dan melaksanakan perintah yang disampaikan oleh hantu (menurut mereka: roh gentayangan).

Sebutlah sebagai contoh seperti berikut. Seseorang didatangi orang yang diketahui telah meningal dunia sejak puluhan tahun, yaitu kakeknya sendiri, dan memberi sebuah pesan. Pesannya, “Aku menghendaki anak cucuku datang ke pemakamanku. Jika kau datang dan sebarang beberapa hari kau di sana, niscaya kuberikan sesuatu yang berharga untukmu.” Maka, orang itu mengira bahwa ia telah mendapatkan ilham dari kakeknya (orang bodoh menyebutnya: wahyu). Maka mereka datang ke pemakanan kakeknya, kemudian bertapa di sana. Maka, keadaan orang seperti ini adalah telah syirik kepada Alloh.

Kemudian, ada contoh lagi seperti berikut. Seseorang yang mengira telah mendapatkan ilham tadi kemudian menyepi atau semadi di pemakaman (kuburan). Beberapa malam kemudian didatangi kakeknya yang kemudian memberi petuah kepadanya dengan mengatakan, “Wahai cucuku! Ini kuberikan pusaka sebagai pegangan untukmu. Jika terjadi sesuatu, mintalah bantuan kepadanya, niscaya akan datang bala bantuan kepadamu dari pusaka itu. Dan, jangan lupa, peganglah kebenaran.” Maka, seseorang akan dengan yakin dan gembira membawa pusaka yang telah didapatnya dan akan selalu dipegangnya. Ia tambah yakin dengana adanya sang kakek yang berpesan untuk selalu berpegang kepada kebenaran. Keadaan orang semacam ini juga tertipu. Dan, ia telah berbuat syirik.

Kemudian, ada contoh lagi seperti berikut. Seorang dukun didatangi pasien yang baru beberapa bulan yang lalu ditinggal mati oleh anaknya. Ia datang untuk meminta petunjuknya. Pasien yang datang itu mengungkapkan keluhannya, “Mbah (Kakek!), keluarga saya akhir-akhir ini selalu ditimpa. Apakah ada yang berusaha menghancurkan saya Mbah? Karena, saya membuka usaha persis di samping orang kaya sebelum anakku meninggal dunia. Kalau ada, tolonglah Mbah!” Jawab mbah dikuk,”Silakan kamu pulang dulu anakku, nanti aku akan teropong siapa gerangan pelakunya.

Kemudian, datanglah seorang anak kecil kepada dukun itu dalam mimpinya. Anak itu mengaku telah meninggal dunia beberapa bulan yang lalu, dan memberitahukan bahwa pelaku yang berusaha menghancurkan hidup keluarga ayahku adalah orang kaya di sampingnya. Sang dukun dengan yakin kemudian memberitahukan kepada pasiennya.

Sang dukun bertanya kepada pasiennya, “Apakah kamu telah ditinggal mati oleh anakmu?” Sahut pasien, “Ya, benar Mbah, kok Mbah tahu? Sungguh Mbah ini orang yang mengetahui (orang pinter).” Sang dukun menjawab, “Setelah aku analisis, memang pelakunya adalah tetanggamu yang kaya itu. Ia tidak rela jika daganganmu menyainginya. Oleh karena itu, ia berusaha ingin menghancurkanmu.” Demikian penjelasan sang dukun kepada pasiennya.

Tentu Anda tahu apa yang akan terjadi dengan cerita selanjutnya. Yang terjadi selanjutnya tidak lain adalah peperangan antara dua orang tetangga. Ini adalah salah satu akibat campur tangan jin yang jahat untuk memecah-belah manusia. Orang yang mempercayai dukun dan sang dukun itu sendiri telah berbuat syirik dalam hal ini. Mereka termasuk orang-orang yang tertipu.

Lalu, bagaimana hal itu bisa dikatakan orang-orang yang tertipu? Yah, mereka tertipu karena tidak mengenal ajaran Islam, tidak mau mengenal tentang sifat-sifat setan, tidak mau mengenal jenis-jenis perbuatan setan. Bahwa semua kejadian yang kami contohkan tersebut di atas tidak lain adalah bentuk-bentuk kejahatan setan kepada manusia untuk menjerusmuskan manusia ke dalam lembah kesesatan. Ketiga contoh tersebut di atas tidak lain adalah bentuk-bentuk penyesatan yang dilakukan oleh makhluk yang mengaku telah meningal dunia, dan orang yang didatanginya mempercayainya karena di antaranya mereka melihat bentuknya yang sama dengan orang yang telah meninggal dunia. Bentuk penyesatan itu dilakukan oleh sekelompok jenis jin pendamping (qarin).

Dalil tentang Adanya Jin Pendamping
Ibn Mas’ud menceritakan, Rasululloh Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, bersabda yang artinya: “Tidaklah salah seorang dari kalian melainkan ada pendampingnya dari golongan jin.” Mereka bertanya, “Juga padamu, ya Rasulullah?” “Ya, juga bagiku, hanya saja aku telah mendapat perlindungan dari Allah sehingga aku selamat. Ia tidak memerintahkan aku kecuali kebaikan.” (HR Muslim).

Ath-Thabarani mengisahkan riwayat dari Syuraik bin Thariq. Ia berkata, Rasululloh Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, yang artinya: “Tidak ada seseorang di antara kalian melainkan ada baginya seorang setan.” Mereka bertanya, “Juga bagimu, ya Rasulullah?” “Ya, juga bagiku, tetapi Allah melindungiku sehingga aku selamat .”(HR. Ibnu Hibban).

Ibn Mas’ud meriwayatkan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, yang artinya: “Setiap anak Adam mempunyai kelompok, dan bagi malaikat ada kelompok dengan anak Adam. Kelompok setan mengajak kepada kejahatan dan mendustakan yang hak, adapun kelompok malaikat mengajak kepada kebaikan dan membenarkan yang hak. Barang siapa yang mendapatkan yang demikian itu, maka ketahuilah bahwa itu dari Allah dan pujilah Allah, dan barang siapa yang mendapatkan selain itu, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk, kemudian ia membaca asy-syaithanu ya’idukumul-faqra wa ya’murukum bil-fahsya’.” (HR. Tirmizi).

Sa’id al-Jariri mengomentari ayat yang berbunyi, “Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Alquran), kami adakan baginya setan.” (QS. Az-Zukhruf: 36). Ia berkomentar, “Telah sampai berita kepada kami bahwa orang kafir apabila dibangkitkan pada hari kiamat, setan akan mendorong dengan tangannya, hingga ia tidak bisa melawannya, sampai Alloh menempatkannya di api neraka, dan ketika itu ia berkata, ‘Aduhai, semoga (jarak) antaraku dan kamu seperti jarak antara timur dan barat.’ (QS. Az-Zukhruf: 38). Sementara, orang mukmin akan diwakilkan padanya malaikat sampai ia diadili di antara manusia dan menempatkannya dalam surga.

Demikianlah, orang yang berpaling dari petunjuk yang lurus, yaitu Alquran dan sunah, maka baginya akan diadakan oleh Alloh yaitu setan, yang akan menyesatkannya. Contoh cerita-cerita yang disebutkan di atas adalah salah satu bentuk contoh mereka yang terkelabui oleh setan, karena mereka tidak menempuh jalan yang lurus, tetapi mengambil jalan orang-orang yang sesat, di antaranya mereka percaya dengan dukun, di antaranya mereka percaya dengan ilham-ilham picisan yang sebenarnya bukan ilham, tetapi tipu daya setan untuk menyesatkan manusia.

(Sumber Rujukan: Luqath al-Marjan fi al-Ahkam al-Jan, Imam Jalaluddin as-Suyuthi)

[Mengharukan] Aku Bangga Pada Suamiku

Posted on Updated on

Bismillah …
(Semoga kisah ini juga bisa diambil manfaatnya oleh saudari-saudari muslimahku dimanapun berada)
.
***
Sore itu, menunggu kedatangan teman yang akan menjemputku di masjid ini seusai ashar.. seorang akhwat datang, tersenyum dan duduk disampingku, mengucapkan salam, sambil berkenalan dan sampai pula pada pertanyaan itu.
.
“Anty sudah menikah ?”.
“Belum mbak ”, jawabku .
Kemudian akhwat itu bertanya lagi
“ kenapa ?”
hanya bisa ku jawab dengan senyuman. ingin ku jawab karena masih kuliah, tapi rasanya itu bukan alasan.
“Mbak menunggu siapa?” Aku mencoba bertanya .
“Nunggu suami” jawabnya.
.
Aku melihat kesamping kirinya, sebuah tas laptop dan sebuah tas besar lagi yang tak bisa kutebak apa isinya. Dalam hati bertanya-tanya, dari mana mbak ini? Sepertinya wanita karir. Akhirnya kuberanikan juga untuk bertanya,
.
“Mbak kerja dimana?”, Entahlah keyakinan apa yang meyakiniku bahwa Mbak ini seorang pekerja, padahal setahu ku, akhwat seperti ini kebanyakan hanya mengabdi sebagai ibu rumah tangga.
“Alhamdulillah 2 jam yang lalu saya resmi tidak bekerja lagi”, jawabnya dengan wajah yang aneh menurutku, wajah yang bersinar dengan ketulusan hati.
“kenapa?” tanyaku lagi .
Dia hanya tersenyum dan menjawab,
“karena inilah satu cara yang bisa membuat saya lebih hormat pada suami” jawabnya tegas .
.
Aku berfikir sejenak, apa hubungannya? Heran. Lagi-lagi dia hanya trsenyum.
“Ukhty, boleh saya cerita sedikit? Dan saya berharap ini bisa menjadi pelajaran berharga buat kita para wanita yang Insya Allah akan didatangi oleh ikhwan yang sangat mencintai akhirat”.
.
“Saya bekerja di kantor, mungkin tak perlu saya sebutkan nama kantornya. Gaji saya 7 juta/bulan. Suami saya bekerja sebagai penjual roti bakar di pagi hari, es cendol di siang hari. Kami menikah baru 3 bulan, dan kemarinlah untuk pertama kalinya saya menangis karena merasa durhaka padanya. Waktu itu jam 7 malam, suami baru menjemput saya dari kantor, hari ini lembur, biasanya sore jam 3 sudah pulang. Saya capek sekali ukhty. Saat itu juga suami masuk angin dan kepalanya pusing. Dan parahnya saya juga lagi pusing. Suami minta diambilkan air minum, tapi saya malah berkata,
.
“Abi, Umi pusing nih, ambil sendiri lah!”.
Pusing membuat saya tertidur hingga lupa sholat isya. Jam 23. 30 saya terbangun dan cepat – cepat sholat, Alhamdulillah pusing pun telah hilang. Beranjak dari sajadah, saya melihat suami saya tidur dengan pulasnya . Menuju ke dapur, saya liat semua piring sudah bersih tercuci. Siapa lagi yang bukan mencucinya kalo bukan suami saya? Terlihat lagi semua baju kotor telah di cuci.
.
Astagfirullah, kenapa Abi mengerjakan semua ini? Bukankah Abi juga pusing tadi malam? Saya segera masuk lagi ke kamar, berharap Abi sadar dan mau menjelaskannya, tapi rasanya Abi terlalu lelah, hingga tak sadar juga.
Rasa iba mulai memenuhi jiwa saya, saya pegang wajah suami saya itu, ya Allah panas sekali pipinya, keningnya, Masya Allah, Abi demam, tinggi sekali panasnya. Saya teringat atas perkataan terakhir saya pada suami tadi. Hanya disuruh mengambilkan air minum saja, saya membantahnya. Air mata ini menetes, betapa selama ini saya terlalu sibuk diluar rumah, tidak memperhatikan hak suami saya .”
.
Subhanallah, aku melihat Mbak ini cerita dengan semangatnya, membuat hati ini merinding. Dan kulihat juga ada tetesan air mata yang di usapnya.
.
“Anty tau berapa gaji suami saya? Sangat berbeda jauh dengan gaji saya. Sekitar 600 -700 rb /bulan. 10x lipat lebih rendah dari gaji saya. Dan malam itu saya benar- benar merasa durhaka pada suami saya. Dengan gaji yang saya miliki , saya merasa tak perlu meminta nafkah pada suami, meskipun suami selalu memberikan hasil jualannya itu pada saya, dan setiap kali memberikan hasil jualannya, ia selalu berkata,
.
“Umi, ini ada titipan rezeki dari Allah. Di ambil ya. Buat keperluan kita. Dan tidak banyak jumlahnya, mudah-mudahan Umi ridho ”, begitu katanya.
Kenapa baru sekarang saya merasakan dalamnya kata- kata itu. Betapa harta ini membuat saya sombong pada nafkah yang diberikan suami saya ”, lanjutnya.
.
“Alhamdulillah saya sekarang memutuskan untuk berhenti bekerja, mudah -mudahan dengan jalan ini, saya lebih bisa menghargai nafkah yang diberikan suami. Wanita itu begitu susah menjaga harta, dan karena harta juga wanita sering lupa kodratnya, dan gampang menyepelekan suami.” Lanjutnya lagi, tak memberikan kesempatan bagiku untuk berbicara.
.
“Beberapa hari yang lalu, saya berkunjung ke rumah orang tua, dan menceritakan niat saya ini . Saya sedih, karena orang tua, dan saudara – saudara saya tidak ada yang mendukung niat saya untuk berhenti berkerja. Malah mereka membanding-bandingkan pekerjaan suami saya dengan orang lain.”
.
Aku masih terdiam, bisu, mendengar keluh kesahnya. Subhanallah, apa aku bisa seperti dia? Menerima sosok pangeran apa adanya, bahkan rela meninggalkan pekerjaan.
.
“Kak , kita itu harus memikirkan masa depan. Kita kerja juga untuk anak -anak kita Kak . Biaya hidup sekarang ini besar. Begitu banyak orang yang butuh pekerjaan . Nah kakak malah pengen berhenti kerja . Suami kakak pun penghasilannya kurang . Mending kalo suami kakak pengusaha kaya, bolehlah kita santai- santai aja dirumah. Salah kakak juga sih, kalo mau jadi ibu rumah tangga, seharusnya nikah sama yang kaya. Sama dokter muda itu yang berniat melamar kakak duluan sebelum sama yang ini. Tapi kakak lebih milih nikah sama orang yang belum jelas pekerjaannya. Dari 4 orang anak bapak , Cuma suami kakak yang tidak punya penghasilan tetap dan yang paling buat kami kesal , sepertinya suami kakak itu lebih suka hidup seperti ini, ditawarin kerja di bank oleh saudara sendiri yang ingin membantupun tak mau, sampai heran aku, apa maunya suami kakak itu”. Ceritanya kembali, menceritakan ucapan adik perempuannya saat dimintai pendapat .
.
“Anty tau , saya hanya bisa nangis saat itu..
Saya menangis bukan Karena apa yang dikatakan adik saya itu benar, bukan karena itu. Tapi saya menangis karena imam saya dipandang rendah olehnya. Bagaimana mungkin dia maremehkan setiap tetes keringat suami saya, padahal dengan tetesan keringat itu, Allah memandangnya mulia”
.
“Bagaimana mungkin dia menghina orang yang senantiasa membanguni saya untuk sujud dimalam hari. Bagaimana mungkin dia menghina orang yang dengan kata -kata lembutnya selalu menenangkan hati saya. Bagaimana mungkin dia menghina orang yang berani datang pada orang tua saya untuk melamar saya, padahal saat itu orang tersebut belum mempunyai pekerjaan. “
.
“Bagaimana mungkin seseorang yang begitu saya muliakan, ternyata begitu rendah dihadapannya hanya karena sebuah pekerjaaan. Saya memutuskan berhenti bekerja, karena tak ingin melihat orang membanding-bandingkan gaji saya dengan gaji suami saya. Saya memutuskan berhenti bekerja juga untuk menghargai nafkah yang diberikan suami saya. Saya juga memutuskan berhenti bekerja untuk memenuhi hak -hak suami saya .Semoga saya tak lagi membantah perintah suami. Semoga saya juga ridho atas besarnya nafkah itu. “
.
“Saya bangga ukhti dengan pekerjaan suami saya, sangat bangga, bahkan begitu menghormati pekerjaannya , karena tak semua orang punya keberanian dengan pekerjaan itu. Kebanyakan orang lebih memilih jadi pengangguran dari pada melakukan pekerjaan yang seperti itu. Tapi lihatlah suami saya , tak ada rasa malu baginya untuk menafkahi istri dengan nafkah yang halal.”
.
” Itulah yang membuat saya begitu bangga pada suami saya. Semoga jika anty mendapatkan suami seperti saya, anty tak perlu malu untuk menceritakan pekerjaan suami anty pada orang lain. Bukan masalah pekerjaannya ukhty, tapi masalah halalnya, berkahnya , dan kita memohon pada Allah, semoga Allah menjauhkan suami kita dari rizki yang haram”. Ucapnya terakhir, sambil tersenyum manis padaku. Mengambil tas laptonya, bergegas ingin meninggalkanku.”
.
Kulihat dari kejauhan seorang ikhwan dengan menggunakan sepeda motor butut mendekat ke arah kami, wajahnya ditutupi kaca helm , meskipun tak ada niatku menatap mukanya. Sambil mengucapkan salam, meninggalkanku. Wajah itu tenang sekali, wajah seorang istri yang begitu ridho .
.
***
.
Ya Alloh … .
Berkahi kami dalam menapaki jalan perjuangan menujuMU. Semoga Aku bisa selalu menjadi sebaik-baik istri untuk suamiku, yang menjadi bekal untuk meraih jannah Mu… Amin
.
Untuk Abi, apapun pekerjaan Abi, Ummi BANGGA Bi,

[kisah nyata] Pemuda Sekampung Menangisi Kematiannya

Posted on Updated on

Salam kawan, yang ingin kuceritakan ini adalah kisah nyata. Akua tidak mengada-ada. Karena aku sadar berbohong hanya akan menambah rentetan dausa yang pernah aku perbuat.

Pertama aku ingin mengajak kawan2 semua untuk mengucapkan Innalillahi wa inna ilaihi Rajiu’un. Telah berpulang ke Rahmatullah seorang pemuda. Namanya rizal. Jal, demikian orang memanggilnya. Anaknya biasa2 saja. Dalam pandangan banyak orang dia sering di kategorikan anak yang kurang cerdas. Namun kematiannya membuat para pemuda satu kampung menangis. Kepergiannya dikenang. Bukanlah karena ia pahlawan. Ada hal lain yang ingin kuceritakan dibali kematiannya. Ada sebuah kisah yang mengharukan.

Tahukah kalian bagaimana tertawa yang di anjurkan Rasulullah. Ya, senyum dengan menyinggingkan seulas bibir manis dan sedikit menampakkan gigi. Senyum seperti itu siapa saja yang melihat akan senang. Senyum yang terindah, penyejuk hati yang memandang. Silahkan membayangkan wajah seorang pemuda yang terbujur kaku, namun bibirnya menyungging seulas senyum yang indah. Siapa saja yang meilhat wajah tersebut akan menyangka itu bukanlah sesosok mayat. Karena senyumnya cukup indah. Dan dengan wajah indah itulah sang pemuda menjumpai ajalnya. Kembali kepada Zat yang menciptakannya. Kembali kepada Allah.

Si jal. Demikian orang memanggilnya. Ada juga yang memanggilnya jack. Nama gaul yang dinisbatkan padanya. Mulai dari anak2 hingga orang tua memanggilnya demikian. Dan diaoun tidak pernah marah. Dia tergolong kedalam anak yang terlalu polos hingga sering dikelabui teman sebayanya. Umurnya masih belasan tahun memang. Sehari2 dia bekerja sebagia kuli bongkar muat batu-bata. Karena desa cot iju, kampungku salah satu sentra batu-bata. Semua anak termasuk aku sendiri didesaku mayoritas pasti pernah mengenyam jadi buruh batu-bata. Lumayan meski kerja berat, penghasilannya bisa menutupi biaya sekolah. Minimal untuk jajan. Demikianlah hari2 Rizal, sebagaimana umunya anak2 yang lain. Namun dia sering di kelabui dan ditipu olah kawan2 sebayanya. Dai kadang sadar dia ditipu mencoba memberontak, namun ia kalah secara fisik untuk berkelahi. Hingga sering perlawanannya berakhir ketika kawannya mengancam akan mengetok kepalanya. Dan dia pun berkawa seolah tidak ada masalah dengan para anak manusia lain yang serakah. Bahkan ia sering jadi ledekan.
Apakah ia lemah tidak berani melawan, namun ia seorang kuli. Kerjanya mengolah tanah dan bongkar muat batu-bata. Seorang dengan fisik lemah tidakkan sanggup melakukannya. Apa ia tidak bisa berkelahi, mungkin. Atau dia tidak ingin menyakiti hati kawannya hingga. Setelah mendengar kisah kematiannya aku pun terharu dan aku berkesimpulan dia orang yang sabar.

Ternyata himpitan ekonomi membuat ia harus menahan rasa sakit. Waktu kecil telinganya mengalami peradangan hingga meledak dan bernanah. Gendang telinganya pecah. Saran salah seorang ahli kesehatan yang buka praktik di kampungku dia harus di rawat intensif. Jika tidak otaknya akan ikut meradang. Namun setelah itu rizal kecil seolah sembuh. Hanya saja ia nampak berbeda dari anak lainnya dari segi kecerdasan. Sebenarnya sejak saat itu ia mulai menahan rasa sakit di telinga dan kepalanya. Hingga ia dewasa, menjadi seorang pemuda, berkerja sebagai kuli bongkar batu untuk membantu perekonomian keluarga. Semua itu dia lakukan sambil menahan rasa sakit dikepalanya. Dia menahan semua ejekan, rela kepala sakitnya di ketok orang, tidak marah meski ditipu. Seolah dia tidak ingin memikirkan semua itu. Karena hanya akan menambah rasa sakit di kepala dan telinganya.

Saking kuatnya dia ketika menjelang ajalnya orang masih mengira dia berpura-pura sakit. Karena belum pernah sebelumnya dia menjadi malas dan mengeluhkan sakit. Dia meniggal sebelum sampai dirumah sakit. Denga wajah yang menyungging seulas senyum indah. Dokterpun sempat marah kepada sang orang tua pemuda tersebut. Dia menyalahkan anaknya baru dibawa kerumah sakit setelah ia tiada. Kesabarannya atas semua derita dan keikhlasannya sebagai anak telah membawa dia ke haribaan tuhannya. Dia kembali kepada tuhannya dalam keadaan bahagia. Dia pulang dengan senyum. Setiap yang menantap mayat pemuda itu hatinya tak menentu dan menitikkan air mata. Dia yang selama hiudpnya membanting tulang, dia yang selama hidupnya menahan sakit tak terperi, dia yang divonis meninggal karena pembusukan di bagian otak. Telinga dan otaknya telah menjadi nanah, dia yang begitu tegar dalam menjalani hidupnya yang berat dan menyakitkan. Dan dia meninggalkan semua beban dunia nya dengan tersenyum. Hinnga tiap pemuda desa menangis terharu mendengar kabar kematiannya. Kesabarannya berbuah manis. Mudah2han dia ditempatkan di surganya karena kesabarannya, keikhlasan dan keteguhan hatinya. Dia seorang yang kuat. Dan senyumnya ketika ia mati, indah.
Sungguh Allah tidak akan memberi cobaan yang tidak akan sanggup di atasi oleh hambanya. Hanya seberapa sabar dan kuatkah kita. Dan beruntunglah orang2 yang sabar. Surga-Nya akan menjadi milik orang yang sabar.